Sabtu, 27 September 2014

Posted by Unknown On 9/27/2014 02:02:00 PM


Wahai sang Kholik, kemana saya harus pergi. Apakah diri ini harus selalu mengikuti sang mentari yang tidak pernah terbit dipagi hari.

Wahai sang ayah, mengapa harapn ini selalu sia-sia. Apakah sang mentari hanyalah fiktif belaka yang ada disetiap cerita legenda.

Wahai sang ibu, kenapa diri ini selalu dirundung pilu. Apakah karena tidak punya qalbu sehingga mentari tidak keluar karena malu.

Wahai sang guru, apa yang harus kulakukan. Kenapa  semua ini dengan sulitnya kulupakan. Padahal semua instuisi ini dirasa sudah mampu untuk bergerak sendirian.

Wahai sanak saudara, apa salahku semua ini. Mengapa disetiap jalan selalu diselimuti arah yang tabu sehingga sulit rasanya untuk maju.

Mungkin karena rasa takabur yang menyelimuti jalan. “jawab sanak saudara”

Mungkin karena rasa ego yang menutupi diri. “jawab sang guru”

Mungkin karena rasa riya yang membuang qalbu. “jawab sang ibu”

Dan mungkin karena rasa ujub yang kapan saja dapat menendang harapan. “jawab sang ayah”

“Maka bertaqwalah pada Tuhanmu, laksanakan perintahnya serta jauhi larangannya” “jawab dalam firman-Nya” sang Kholik.

Jadi, semua inilah yang membuat diri ini sempat putus asa. Maka akan kuturuti semua perintah Tuhanku. Sang maha kasih lagi maha penyayang.

Karena ingin rasanya segenap jiwa, raga dan ilmu ini di tumpah darahkan kepada bangsa dan tanah airku.

 Supaya mereka bisa merasakan manis dari pahitnya dan mudah dari sulitnya suatu perjuangan. 

Maka dari itu fikirkanlah dalam diri sendiri, bersihkanlah, sadarkanlah diri ini sebelum menyadarkan orang lain. 

Dengan begitu kita bisa melihat terangnya mentari dari gelapnya malam.


Create By: Nurdin Akbar

0 komentar:

Posting Komentar